28.2.09

Ujung Februari - Menunggu Maret

Wah, Maret ya....
Ternyata tanpa perlu ditunggupun Maret datang dengan sendirinya. Saya bahkan tidak ingat kemana bulan Januari dan Februari itu pergi. Bagaimana tidak? Februari ini bukan hanya cantik tapi juga penuh dengan kesenangan. Tidak.. tidak... saya bukan penganut perayaan V’day atau semacamnya. 14 Februari lalu datar-datar saja qo. 
Tapi dalam Februari, ketika semua berkumpul, mereka menggulung saya kedalam tawa, tak hentinya berbicara tentang kenangan. Februari, hujan yang tak hentinya di bulan Februari-saya selalu suka hujan, saya puas menikmati hujan deras dari dalam bis MGI di tol Cipularang saat perjalanan pulang. Februari, bebas dari kelas TLS di Jumat pagi bersama Mrs. Nan! Ah, Februari yang begitu cantik! 

Saya memutuskan untuk tidak melalui Maret dengan pesta atau lara. Setelah 28 hari yang singkat, saya sedang menunggu 31 hari yang panjang di depan.
Entah apa yang akan dilakukan di Maret. Apakah saya masih duduk di beranda rumah saya sendiri?
Rasanya begitu enggan berpisah dengan Februari yang manis dan cantik.
Mungkin dalam Maret nanti, saya berusaha mengatasi penyakit Writers’ Block yang saya hadapi. Saya mulai gila cari ide. Prolog yang saya kerjakan di Januari lalu, plotnya hancur! Mungkin ini dikarenakan saya terbebani oleh isi cerita novel pertama dan kedua. Tentang kelanjutan mimpi si perempuan – Arheina Pramaya.

No, ini sama sekali bukan mimpi Arheina, ini mimpi saya, bukan ini yang Arheina butuhkan!

Saya kini sadar, betapapun saya ingin memberikan ending yang bahagia untuk teman imaginasi saya-Arheina, saya tidak bisa menemukan letak kebahagiaannya karena menyelesaikan mimpi bukan sebuah deadline yang harus ada pada waktu tertentu. Menyelesaikan mimpi adalah sebuah kesenangan, menulis untuk sebuah tujuan yang baik. 

Baik, Maret nanti mungkin akan menjadi awal yang baik untuk memulai sebuah prolog baru....

Amiin.

Tidak ada komentar: