26.2.09

where r u

Saya terbiasa mengunjungi sebuah halaman setiap kali menginginkan keberadaan dia di kedai ini.
Kursor bergerak pada wajahnya yang semakin tidak familiar.... membaca komentar-komentar atau pesan dari kawan-kawannya yang tidak saya kenal.
Dia bertemu dengan bayak orang, entahlah mungkin sekarang dia telah bertemu dengan seseorang, saya memilih untuk pura-pura tidak tahu dan tidak bertanya macam-macam. 
Saya meninggalkan sebuah jejak, kita sedikit berbicara tentang kawan-kawan, impian, masa depan, tapi kita tidak pernah sekalipun mengangkat topik mengenai kita dalam pembicaraan. Kalau masa lalu tidak bisa membawa dia kembali, saya ingin masa depan yang membawanya.
(Saya kangen sms yang penuh dengan titik-titik sebagai pemisah kalimat.)

But you know what, ternyata waktu demi waktu perbedaan smakin jelas terlihat.
Saya merasa semakin jauh, wajar kalau saya fikir sekarang ini ketidakhadirannya menyerupa seperti bayangan yang berkelebat ketika memandang keluar jendela mobil yang melaju dalam kecepatan 100mil/jam. Samar-samar. Tapi dia ada.

Disinilah saya sekarang.... hampir lima tahun yang lalu, tapi saya masih bisa mengingatnya dengan intensitas yang cukup jelas seolah dia baru datang kemarin sore. 

Seperti mati rasa, kalau dia fikir dia kembali datang dan bisa mempermainkan saya lagi dia salah besar. Saya memang masih berdiri tepat didepan setumpuk kenangan 1825 hari-hari lalu. Ditengah setumpuk surat, di dalam deretan pesan singkat dalam satu folder khusus, nomor ponselnyapun yang saya hafal diluar kepala. 

Kini kami berdua berdiri dalam ‘beda’, jaraknya hampir 3.000 mil jauhnya dari garis tempat kami berdiri dulu.

Tak apa, bukankah kita semua membutuhkan jarak? Sudahlah, dia bukan siapa-siapa.
Atau mungkin ini adalah sebuah bentuk lain dari kecemburuan saya, that keeps I reluctant to meet somebody new.

Tidak ada komentar: