Tampilkan postingan dengan label perasaan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label perasaan. Tampilkan semua postingan

15.1.09

If life is a river and your heart is a boat.
And just like a water baby, baby, born to float,
and if life is a wild wind that blows way on high,
Kalau saja, hati adalah sebuah rumah, maka saat ini aku sedang duduk di teras. Menatap rumah yang telah setelah sekian lama ditinggali, yang didalamnya tersemat serangkaian cerita. Pernah kamu-bayangan seorang lelaki asing, sembilan tahun yang lalu mengetuk pintu rumah, jejaknya sampai saat ini terpatri disitu.

And your heart is Amelia dying to fly,
Heaven knows no frontiers and
I've seen heaven in your eyes.
And if life is a bar room in which we must wait,

round the man with his fingers on the ivory gates
.
Rumah adalah tempat dimana hati mu berada. Ada kalanya kita tak lagi bisa menampung hal baru terjadi dan menjadi tidak nyaman karenanya. Mungkin ini saat yang tepat untuk berbenah, memperbaiki atap yang rusak, mengganti, dirubah, membangun yang baru.

Where we sing until dawn of our fears and our fates,
and we stack all the dead men in self addressed crates,
in your eyes faint as the singing of a lark.
Bukankah kita membutuhkan jarak? Tapi, seberapa jauh? Seberapa lama? Seberapa banyak? Seberapa kita akan tahan dengan jarak itu?
Ayolah, aku hanya perlu tahu... aku tak mau hidup dengan harapan. Jika bukan dalam kenyataan, aku sudah tidak punya ekspentasi terhadap apapun. Setidaknya sekarang aku sedang berproses. Aku berevolusi. Aku belajar. Dan jika pelajaran itu usai, mungkin aku akan merindukanmu.

That somehow this black night,
feels warmer for the spark,

warmer for the spark,

to hold us 'til the day.

Sampai kapan aku akan duduk di beranda rumahku sendiri?
Sementara lembayung, senja, dan langit, sebentar lagi akan menurunkan kelam, menurunkan pekat, menurunkan hitam, menurunkan Malam.
Masa depan. Tak perlu membuang kenangan. Tapi aku tidak akan lagi hidup dengan kenangan. Hidup terus berjalan ada atau tak adanya kamu.
Bukankah aku telah belajar. Berproses. Berevolusi.
Aku akan tumbuh bersama euforia masa depan.

When all will harmonise.
And you know what's in our hearts,

the dream will realise.
Heaven knows no frontiers,
and I've seen heaven in your eyes.
Ketika ritme hidup menjadi sangat nyata. Dan kesempatan adalah ketika kita mencoba menyusun setiap fragmen hidup. Maka ketika aku tahu apa yang menjadi tujuanku, mungkin aku tidak menginginkanmu lagi. Mungkin menyenangkan bisa mengingatmu disuatu waktu. Ada atau tidaknya kamu.
Hidup berjalan lurus ke depan. Masa depan itu jamak bukan tunggal.
Akupun akan berdiri, berbalik, masuk ke rumahku lagi, membiarkan daun pintu terbuka sedikit celah.
Dimasa depan.
Akan ada seseorang yang mengetuk rumahku dengan lembut. (Mungkin bukan kamu) Ya, karena masa depan itu jamak bukan tunggal. Pasti akan ada masa depan yang indah untuk menutup masa lalu.



*) Heaven knows (No Frontiers) by The Corrs. Dicetak miring.




14.12.08

pulang

“Hendak kemana kau, Perempuan?.”

“Aku akan pulang*, Pak Cik.”

“Pulang kemana?.”

“Aku . . . . “

“Apa dirimu merasa akan kembali kepada apa yang pernah Kau tinggalkan dahulu?.”

“Tidak Pak Cik.”

“Lalu? Hendak kemana Kau, Perempuan?.”

“Aku akan pulang Pak Cik. Menunggu kereta terakhir yang akan membawaku pulang.”

“Tahukah sudah berapa lama Kau tunggu kereta itu?.”

“Tidak. Aku tidak merasa sedang menunggu.”

“Nak, setiap orang harus benar-benar tahu kemana mereka harus menuju. Termasuk Kau, Perempuan.”

“Aku hendak pulang Pak Cik. Aku akan pulang.”

Lama bagi setiap orang yang melihat, namun ia seperti tidak merasa. Ia sudah duduk dibangku stasiun lama sekali. Tatapannya kosong, ia hanya duduk disana memandangi orang yang berlalu lalang, melewatkan kereta-kereta yang datang. Tak jelas kemana ia akan pergi. Tak tahu apa yang dia tunggu dan yang entah kapan datangnya.
Didekap tas-nya erat-erat. Ditangannya, ada selembat tiket sekali jalan.
Tiket tak berwaktu, tanpa tujuan tempat, tanpa no. tempat duduk.
Pada selembar tiket itu hanya tertulis :
‘Kereta Senja’


Akankah kau melihatku
Saatku jauh
Akankah kau merasakan
Kehilanganku
Jiwaku yang telah mati bukan cintaku
Janjiku slalu abadi hanya milikmu
Aku Pergi
dan tak akan kembali
Akhir dari cinta yang abadi

Akankah kau melihatku
Diakhir nanti
Jiwaku yang telah mati bukan cintaku
Janjiku slalu abadi hanya untukmu

Aku pergi dan tak akan kembali
Akhir masa untuk yang abadi
Aku pergi ke alam yang suci
Akhir dari abadi cintaku

(I Love You)

Aku pergi ke alam yang suci
Akhir dari cinta yang abadi


Diiringi lagu ‘Akhir Cinta Abadi’ by Nidji



note :
*
PULANG
kembali kepada keadaan semula; pulang dan pergi (dari suatu tempat ke tempat lain dan dari tempat yang dituju itu kembali ke tempat semula)

11.12.08

Anomali Rasa

10 Desember 08
23.47
Perempuan itu berjalan dengan masa lalu berat di pundaknya. Sepertinya syaraf-syarafnya sudah tidak berfungsi. Ia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa bersuara, tidak bisa merasakan apa-apa. Kecuali rasa sakit dihatinya. Ia bisa merasakan yang satu itu, sakit sekali...
Perempuan sekarang ada disebuah jendela yang terbuka lebar-lebar pada suatu malam. Ia memandangi kosong ke bawah. Ia hanya ingin dirinya jatuh. Setelah itu, tak ada lagi. Rasa sakitnya juga akan hilang. Ia tidak akan merasakan sakit lagi.
Satu. Satu kali dorongan saja.
Tetapi tubuhnya tetap terpaku ditempat.

“Aku akan melelehkan benteng ego yang kau rajut sekian lama, lelaki. Lain kali aku akan memberimu pertanda agar engkau tetap tinggal. Aku tak bermakna lebih, selain lembanyung sore yang ku hembus dari padang rumput...”

Perempuan berusaha mengatur nafasnya sedemikian rupa.

“...Kisah ini digambarkan sebagai selembar permainan puzzle yang terdiri dari 2920 keping. Dengan ceroboh, ketika bermain di kepingan 2555, sisa kepingan 365 mendadak hilang. Kehilangan yang sesali pada saat ini di masa depan, ketika aku mulai sibuk mencari, dalam tumpukan buku harian di sudut kamar, dalam potongan-potongan gambar tentangnya (dia yang sedang tersenyum lebar, mengerutkan kening, mengusap hidung, membaca buku, membetulkan letak kacamata. Atau dia yang sedang panik), dalam suara-suaranya(dia yang tertawa, berbicara dengan serius, sedang membaca Al-Quran atau berguma sendiri ditengah gejolak fikirannya), dalam kotak masuk pesan singkat, daam urutan kontak. . . . aku terus mencari . . . ironisnya, saat ini aku malah merasa bahwa kepingan-kepingan sisa yang hilang tidak pantas untuk dicari.”

saat itulah secuil kendali diri perempuan yang rapuh termakan waktu akhirnya hancur berkeping-keping. Menyerpih menjadi 365 kepingan yang hilang –ternyata disana, kepingan itu berada, perempuan tidak tahu, perempuan tidak tahu-. Dan tangisnyapun pecah. Ia membenamkan wajahnya dalam dua tangannya dan tersedu-sedu. Ia tidak bisa menahan tangisnya walau dia ingin. Ia hanya berharap sepenuh hati rasa sakit dan kepedihannya akan berkurang walau sedikit. Karena perempuan itu senungguh tidak tahu apa lagi yang bisa dilakukannya terhadap lubang besar yang menganga didalam dadanya. Tempat hatinya memunguti, mengumpulkan, -dan secara tidak sadar- menyembunyikan kepingan itu.
semakin ia menangis maka semakin sakit dadanya. Rasa sakit didadanya kian menusuk. Nyaris tak tertahankan.
Perempuan tak sanggup menahannya lagi.
Ia kembali mencondongkan tubuhnya kedepan. Menatap permukaan tanah dari tempatnya berdiri. Tangannya yang berpegangan erat pada kusen jendela perlahan mengendur.
Disaat yang bersamaan, jendela tertutup rapat-rapat.

11 Desember 08
05.24
Pagi hari.
Yang perempuan tidak tahu.
Angin menerbangkan 365 kepingan yang hilang. Kepingan itu menyusun diri melanjutkan permainan yang belum selesai dimainkan oleh perempuan. Hingga akhirnya papan puzzle itu membingkai suatu gambar hidup yang lengkap-utuh. Gambar itu kemudian memutar sebuah rekaman kehidupan . . . .

Satu windu yang lalu.
Seorang perempuan dan seorang lelaki duduk terpisah menghadap pada jendela besar di sebuah perpustakaan. Masing-masing hanyut dalam dunianya.
Lelaki yang membaca buku. Perempuan yang menunggu.
Mereka adalah dua sosok yang tengah menapaki jalan masing-masing dengan pandangan lurus kedepan – pada jendela besar. Tetapi perempuan itu, tanpa benar-benar mengetahui apa yang ia dapatkan dari duduk selama itu, menunggu – kepada ia yang entah kapan selesai membaca buku.
Perempuan itu nyaman dalam diam. Dia suka lelaki itu duduk disampingnya. Menemani dalam diam. Tapi lelaki tidak merasa nyaman berlama-lama diam. Secara perlahan dia menjauh. Lelaki tidak memberikan tanda bahwa akan pergi. Lelaki seolah tak acuh ada sosok perempuan yang menunggunya sedari ia duduk membaca buku.
Lelakipun pergi.
Masih dalam diam. Perempuan merunduk mendapati lelaki yang dia tunggu, pergi.
Jangan pergi . . . jangan pergi . . .
Ia hanya bisa memohon dalam hati sementara lelaki tanpa berbalik terus berjalan pergi.
Kumohon jangan pergi ... Tetaplah tinggal
Isakan pertama melompat keluar dari tenggorokan dan ia membekap mulut dengan tangannya. Tetapi melihat punggung lelaki yang semakin menjauh, dia tidak bisa sama sekali mengendalikan tangisnya.
Hari berganti hari, minggu, bulan-entah berapa purnama, hingga hari ke 2920. Perempuan tidak beranjak dari tempat semula, kakinya mulai kesemutan. Untuk pertama kalinya, ia ingin tahu apa yang ada diluar jendela, ia ingin memandangi jendela dari sudut yang berbeda, tampaknya ia mulai lelah terus memandang lurus kedepan. Baru kali ini ia merasa ingin mencari sesuatu yang lain, yang belum pernah dia tahu. Kemudian ia memutuskan menyingkirkan meja didepannya, membuka selot jendela yang berkarat, ia merasakan sebentuk oksigen yang melintas ruang grafitasi bumi perlahan masuk melewati celah jendela yang dia buka, menyapu lembut wajahnya, mengibaskan helai-helai rambutnya. Sembari memandang, matanya menghapiri sepanjang jalan dan sudut kota yang gelisah, dia menemukan lelaki itu di situ, di sebuah bangku taman kota, membaca buku, tapi tak sendiri, disampingnya ada seorang perempuan-tetapi bukan dia. Dari situlah semua berawal dan menemukan akhir.
“Ijinkan saya untuk jatuh cinta lagi dengan seseorang selain kamu”
Ucapnya lirih, sembari menutup jendela itu rapat-rapat, memadamkan satu persatu lampu, menurunkan kerai-kerai dan meletakan secara terbalik bangku-bangku berkaki tiga diatas meja.
Perempuan itu pergi.


Rekaman gambar itu pun berhenti, suasana perpustakaan yang gelap dan dalam ruangan yang kosong itu terlihat kepingan hati yang tertinggal dan barangkali memang sengaja ditinggal disana. Di sebuah tempat dimana perempuan menghabiskan hampir semua harinya, untuk menunggu.



=PERMAINANPUN SELESAI=

6.12.08

hope

Seandainya masih ada harapan - sekecil apapun - untuk mengubah kenyataan, aku bersedia menggantungkan seluruh hidupku pada harapan itu…


Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu …

4.12.08

P.D.A. (We Just Don't Care)

Let's go to the park
I wanna kiss you underneath the stars
Maybe we'll go too far
We just don't care,
We just don't care,
We just don't care.

You know I love you when you're loving me
Sometimes it's better when it's publicly
I'm not ashamed, I don't care who sees
Us hugging & kissing our love exhibition all

We'll rendezvous out on the fire escape
I'd like to set off an alarm today
The love emergency don't make me wait
Just follow I'll lead you
I urgently need you

Let's go to the park
I wanna kiss you underneath the stars
Maybe we'll go too far
We just don't care
We just don't care
We just don't

Let's make love, let's go somewhere they might discover us
Let's get lost in lust
We just don't care,
We just don't care,
We just don't care.

I see you closing down the restaurant
Let's sneak and do it when your boss is gone
Everybody's leaving we'll have some fun
Or maybe it's wrong but you're turning me on.
Ooh, we'll take a visit to your Mama's house
Creep to the bedroom while your Mama's out
Maybe she'll hear it when we scream and shout
And we'll keep it rocking until she comes knocking

Let's go to the park
I wanna kiss you underneath the stars
Maybe we'll go too far
We just don't care,
We just don't care,
We just don't...

Let's make love,
Let's go somewhere they might discover us.
Let's get lost in lust
We just don't care,
We just don't care,
We just don't care.

If we keep up on this fooling around
We'll be the talk of the town
I'll tell the world I'm in love any time
Let's open up the blinds 'cause we really don't mind

Ooh I don't care about the propriety
Let's break the rules and ignore society
Maybe our neighbors like to spy, it's true
So what if they watch when we do what we do

Oh, let's go to the park
I wanna kiss you underneath the stars
Maybe we'll go too far
We just don't care,
We just don't care,
We just don't...

Let's make love, let's go somewhere they might discover us...


minggu ini lagu ini ada di jajaran teratas playlist saya.

saya putar berulang-ulang . . . .

saya berteriak di udara,



"WE JUST DONT CARE BOUT IT!"


Dan lagu itu membawa nostalgia yang sama : jatuh cinta dan air mata.

Saya masih sering mendengarkan lagu itu. Mengulangnya selama 1 sampai 4 jam sehari.



NB : see.... saya (masih) tidak peduli..... benar, saya benar-benar tak peduli!

terserah!!!

4.11.08

ketika perempuan ingin . . .

Ada saat-saat ketika perempuan ingin…
Perempuan itu ingin duduk, berbicara, tanya pendapat tentang prolog yang dia buat untuk novel yang ketiga,
Perempuan ingin memberi tahu, betapa film Laskar Pelangi itu betul-betul bagus walau tidak pergi menontonnya bersama.
Perempuan ingin bercerita kalau dirinya ternyata tidak lagi sanggup menghabiskan satu porsi ground beef pizza.
Perempuan ingin memperlihatkan hasil potretannya yang terbaru,
Perempuan ingin mengirimkan pesan, perempuan pusing, kelas reading siang ini penuh dengan teks, skimming dan scaning.
Perempuan ingin terus dan terus memberitahunya banyak hal.

Ada banyak tawa, marah, rindu, tangis, beban, senyum yang ingin perempuan bagikan.
Sesungguhnya perempuan ingin mengajak lelaki itu duduk-duduk bersamanya, beralaskan rerumputan hijau, duduk bersisian, walau tanpa kata tanpa suara setidaknya masing-masing masih bisa menikmati segelas kopi dalam cangkir-cangkir tinggi, sementara kita terdiam dengan segelas kopi ditangan.
Namun, terkadang—mungkin lelaki itu tak tahu, ingatan perempuan itu masih sering melayang pada sosok lelaki itu ketika ada perpustakaan dengan jendela besar, taman kota, novel, kemeja biru, pagelaran, mentari, senja . . . . . . . dan lainya.
Perempuan hanya sempat bertanya lelaki itu dalam hati, baik-baik saja kah, dimana disekarang, hingga rasanya hampir dapat merangkum jarak, hingga rasanya yang ada hanya rindu tanpa satuan.

Perempuan hanya tahu, bahwa mereka akan baik-baik saja.
Ya, Si lelaki pasti berbahagia sekarang…
perempuan?? Perempuan lebih bahagia.
Perempuan itu tak berkeberatan seandainya si lelaki hendak meninggalkannya.
Perempuan itu tidak akan mengatakan ‘tidak’ ketika lelaki itu hendak pergi..
Ya sudah. Biarlah.
Tapi Perempuan tidak akan berhenti mendoakannya.

8.10.08

The Beginning Of An End

Sempat terfikir untuk menutup kedai ini, berhenti mengagumi senja dalam coretan aksara, merobohkan teras belakang, membuang kanvas dan cat lukis, menyimpan tripod dan camera digital, meninggalkan selusin album, tak adalagi secangkir latte, tanpa appetizer-main course-atau dessert lagi. ‘coz all that’s left has gone away and there’s nothing there for anyone to prove.

Tapi, kalau ini harus ditutup karena sebuah keadaan, bukan keadaan yang seperti ini yang aku inginkan. Nanti saja, mungkin nanti ada pemilik kedai lain yang akan mengurusnya dengan sangat baik –hei, ternyata ada yang mencintai kedai ini melebihi aku pemiliknya-.
Saat itulah, saat yang tepat Ra. Tapi bukan saat ini. Aku percaya, si pemilik baru akan mengubah taste kedai ini jauh lebih baik.


Apa aku merasa bahagia sekarang?
Awalnya nggak. Tapi lambat laun, ada tanpanya atau tiada tanpanya semua sama qo... lucu ya, ketika kita tak pernah bicara lewat kata bertatap muka, ketika dalam diam, persuasinya tetap sama ketika dalam tujuh tahun yang lalu, enam tahun yang lalu, lima tahun yang lalu, empat, tiga . . . hingga saat ini. Adakah kata untuk menggambarkan ‘perasaan’ yang tepat seperti saat ini? Sudahlah, sudah lelah kuhapus. Banyak warna yang tertumpah, hingga warna lain tidak berkesan lagi. Sudahlah, mau diapakan lagi? kali ini aku tak akan peduli . . . . .

Sekarang waktunya bekerja keras kembali, aku tak mau mengecewakan siapapun, banyak sekali pekerjaan yang harus aku lakukan. Aku tak akan berhenti menemukan sisi-sisi lain dalam diri.
Esok aku akan kembali mengajar di sekolah dasar kecil belakang rumah. Mengajarkan sebuah bahasa yang berbeda dari belahan dunia lain kepada pendar-pendar kecil yang hangat dan penuh senyuman. Semoga saja mereka semangat mendapatkan pelajaran dari Bu Lia ini. "Good Morning Miss!"
Esok akan ada sebuah perwalian besama Bu Lungguh Halira Vonty-dosen wali diiringi pertanyaan-pertanyaan yang melebar dari “Kenapa baru perwalian sekarang Lia...? bosan kuliah?.”
Esok, I’ll make my own financial plan. Aku terlalu boros!
Esok akah ada sebuah prolog untuk novel ke 3, aku ingin menulis untuk sekedar membuka mata imajinasi, berbagi sebuah masalah dalam tulisan yang apik, aku ingin menulis karena dalam tulisan itu aku sendiri yang berhak menentukan epilog seperti apa yang akan terjadi. -Egois ya?-
Esok ada harapan baru. Seperti yang Andrea Hirata tulis di Sang Pemimpi. Tuhan tahu, tapi menunggu. seperti dalam doa-doa ketika bersimpuh di alas hijau. Tanpa perlu berkata-katapun, DIA paham apa yang ada dalam benak ini
“Tuhan, hatiku rapuh, tolong kuatkan aku...”

Epilog : Suatu Senja

1 pesan diterima
Baca

As. Sometimes i open ur blogs by disPhone. Sory 4 my Mistek 4 about 7yrs. I know u but u don’now me actualy. Forget me please & entrust anything just 2 Allah. Was

Dari :
unname
+62813xxxxx
02.10.2008
00:23


Sampai tadi malam aku terjaga.
Fikiran tengah sibuk memilah-milah, apa yang salah dan apa yang benar.
Setelah meletakan kacamata ditempatnya dan mematikan ponselpun, aku sulit terpejam.
Di luar, angin melintas ruang gravitasi bumi, menyapu wajahku yang basah oleh peluh.
Di luar, angin menerbangkan daun-daun kering di pelataran, ingin rasanya terbagi menjadi serpihan kecil, sekeping dari mozaik dan milyaran yang lain. Menunggu perputaran senja agar bisa menjadi utuh kembali.
Rasanya aku tak bisa menahan kepalan tanganku lagi, jadi aku mengijinkannya jatuh - butiran air hangat leleh di pipi. Pecah tanpa suara.

adakah cara untuk meminggirkan rasa,
adakah cara untuk menepis rasa,
adakah cara untuk mengusir rasa,
adakah cara untuk melupakan rasa,
adakah cara untuk menghapus rasa,
adakah cara untuk mengganti rasa,
adakah cara untuk mengobati rasa?

Terbuat dari apakah kenangan itu? bisakah sekarang ini semua kenangan dibungkus dengan rapih dan di hanyutkan dalam arus terdalam? Bisakah kita sekalian memastikan bermuara dimana, apakah disana ditempat yang jauh hingga tak bisa kembali?
Terbuat dari apakah kenangan itu? bisakah kita membuat kenangan baru yang jauh lebih baik? Tanpa harus meminggirkan? Menepis? Mengusir? Melupakan? Menghapus? Mengganti? Mengobati? Tanpa ada yang merasa sakit?
Terbuat dari apakah kenangan itu? adakalanya kita memang tidak bisa selalu berdiri di tempat yang sama. Mungkin ini saatnya. Kamu dengan kamu. Aku dengan aku.
I gotta keep it strong before the pain turns into fear.

Hhh... diantara mata yang memberat, menghela nafas
Sesaat kemudian

Back to message
Reply


I though, its important being honest. I’m sry if i did mistakes to u..
U dont hv to apologize, u nvr did smthin wrong, rite?
Yupz, km bnr, hrsnya dr dulu km larang aku utk mengingatmu.
Knp br hr ini?
Tapi tak kurang dari satu apapun mengenalmu adalah bagian terbaik dalam hidup.

Baik-baik ya,
Lia



Send – unname - Cancel - Close – Save to draft



NB : kalau suatu saat km baca semua ini tolong beri tahu aku ‘caranya’?

7.3.08

When The Dawn Comes Tonigth (HOPE) its a Memory Only

Beberapa minggu dah berlalu....dari insiden kemaren (re : post sebelumnya).
Gee, semenjak tau hal itu dari [Do], at first gk tau harus ngasih reaksi kaya apa waktu ngebaca emailnya. brasanya dunia jadi gelaappp bangedh. Hati Lie kalut. Lie nggak bisa ngelakuin apa-apa cm natap monitor dengan mata yang berkaca-kaca!
kali ini X minta bertemu cuman sama [Mie] aja&aku gak boleh ikut... never mind...demi dia, apapun akan aku lakuin...cz aku dah sayang banget sama dia... pertemuan kedua ini...si x nitipin CD....& bilang ke [Mie] kalau yang boleh ngerti isi dari CD ini cuman [Mie]... aku kesel banget....
tapi [Do] nggak mau tau posisi Lie kaya apa
Lie kasian sm [My Lost Friend]. Lie bisa ngerasain pasti sakit ada diposisi itu. jauh lebih baik throw me into the darkness cell. Put me in front of the firing squad, hang me on the hang pole. Karena rasanya pasti lebih sakit dari itu. jauh lebi terluka dari Lie . . . .
Dan Ternyata keputusan Lie reply email dari [Do] adalah keputusan yang salah. Seandainya waktu itu Lie memutuskan utk TIDAK TERLIBAT jauh (lagi). STOP sampai disitu! Mungkin klo Lie bisa memanipulasi perasaan Lie saat itu dengan bersikap seolah nggak tau apa-apa –seperti biasa-, dia nggak bakalan nanya panjang lebar yang mengharuskan Lie ngejawab pertanyaannya. Seandainya Lie nggak kenal sama [MLF] atau Lie ini bukan temen [Mie], mungkin akhirnya gk kaya gini. Mungkin dengan Lie nggak tau ‘whats going on?’ Lie nggak akan merasa terluka.
Dan taukah kalian . . . yang paling nggak abis fikir sikapnya [Do] yang seenaknya ngasi tau [Mie’]! Yang notabenenya adalah salah satu Subjek cerita yang ada di email qta. Huppps . . . . . . sumpah! He though its escape . . .
Hal yang selama ini jadi big secret between Mizz Icih dan diri sayah sendiri. Sekarang Lie ngerasa semua orang ngetawain Lie. Tau masalah Lie!!! Adduh, dunia Lie selain gelap jadi tambah sesak aja.
[Do] itu egois tau nggak?! Cm karena dia nggak mau lost his realitionship sm [Mie]. Dia ngorbanin Lia. Orang yang Lie kira isa keep masalah Lie. Orang yang Lie kira isa diajak temen sharing yang tepat buat masalah ini. Malah ngecewain Lie. I did something stupid karena mau percaya gitu aza sama orang yang baru Lie kenal. I did something stupid soalnya dah mau cerita panjang lebar tentang masa lalu kelam kehidupan Lie. Buat kedepannya Lie cm mau percaya sama Mizz Icih! Lie trauma sama kejadian ini. Bener-bener trauma. Lie jadi paranoid sama keadaan sekitar. Lia takut....
Belakangan ini Lie mencoba menghindari mereka semua. Dia, dia dan dia. Bukan mau lari dari masalah tapi Lie nggak mau menciptakan masalah yang lain . . . lagian Lie mau introspeksi sama diri Lie sendiri. Bagian mana yang salah, dan pemecahannya menurut diri Lie sendiri.
((Thx to Mizz Icih, si Onet kuw, si pengertian . . . yang selalu aza ngasih ruang utk menggerutu sepanjang minggu. Padahal Lie tau Mizz Icih ini punya masalah juga. Tapi hebatnya, dia malah bantuin Lie. We solve the problem together. Tapi saran yang dia kasih utk klarifikasi masalah bersama-sama gk aqu ikutin. Tapi, tanpa mengurangi apapun Thx kyu so much Cih! I luph u . . I luph u . . . cm km yg isa Lie andalkan))
Sepanjang minggu setelahnya Lie mulai menganalisis. So, why I must listen her? Katanya setelah [Mie] dikasi tau hal itu. Dia malah mau minta maaf plus mau b’terimakasih sama Lie.... Hhh...udahlah! nggak guna juga minta maaf atau terimasih utk itu yang ada Lie malah makin ngerasa bersalah. Malahan waktu dia tlp Lie ngak angkat, abisnya waktu itu di tlp disaat yg nggak tepat dan Lie juga lagi nggak niat angkat. Sekalinya Lie angkat. Lie ngebahas hal yg nggak penting bangedh!! Emang keliatannya konyol dan “Pliss dehh...!!” Lie cm nyoba bersikap biasa. Berusaha ngelupain yang terjadi. Iya, seolah-olah nggak terjadi apa-apa. Lie bungkus semua kejadian dengan selembar kain putih masukkan ke peti. (sekali lagi) mencoba berusaha untuk menutup dan mengunci rapat-rapat. Atau mungkin dengan berbekal sbuah ‘buku harian baru’ mari Qta buka lembar pertama dan isilah dengan cerita-cerita indah. Sudah. Setelah ini nggak ada lagi.
I know i said too much about this.. but trust me, this week is just worst *serius*. Well, i’m just human... I’m just ordinary people. Hati Lie nggak sekuat baja, nggak bisa dimaenin seenaknya. Lie ga mampu ngerubah takdir. Ga mampu ngerubah apa yang udah diputusin sama orang lain. Ga mampu ngerubah nasib sendiri sesuai apa yang Lie pengenin sepenuhnya. Pada akhirnya, Lie cuma bisa belajar dari peristiwa ini.
Belajar? Yah, belajar memahami perasaan sendiri. Belajar memahami perasaan orang lain. Belajar menerima keadaan sesulit apapun. Dan belajar percaya kalo suatu saat keadaan akan berputar lagi.
hm.. Lie sering mencoba ngelupain itu semua. Sampai akhirnya kejadian ini yang bikin Lie memutuskan untuk nggak menoleh2 lagi ke belakang, sambil mikir... well... it's the end of the road... sudah saatnyah istirahat...
So, conclusion, eeh... salah... kesimpulannya:
--Don't ever look back to the PAST-
Masa lalu itu ada untuk kita belajar memperbaiki kesalahan. Kesalahan, emang bisa dimaafkan, tapi ngga bisa diubah. Semua sudah terjadi dan akan selalu menjadi kenangan terburuk. Masa lalu itu untuk belajar buka untuk diungkit atau utk dimanfaatkan. Mungkin dia bisa memaafkan Lie malah *katanya* sampai berterimakasih segala, tapi dia mungkin ngga bisa menghilangkan semua yang pernah terjadi di antara kita. Never.
[Mie] maaf buat semuanya. Tuh kan, Lie bukan sahabat yang terbaik buat kamu. Lie salah uda nyoba masuk ke ruang yg belum tentu diijinin masuk. Dari pertama Lie emang uda lancang. Tapi sekali lagi, Lie selalu berusaha make it be better than before. Lie selalu mencoba memperbaiki semuanya. Tapi Lie selalu gagal. Seolah Lie ngulang kesalahan yang sama. Termasuk yang kemarin. Kemarinnya lagi. Dan kemarin-kemarin. Maaf buat semuanya. Penyesalan itu datangnya tak tepat. Makanya ketika penyesalan itu datang. Lia cm bisa menarik nafas dari rongga terdalam. Ditiup keras-keras keudara, siapa tau rasa itu sedikit berkurang. Tapi ternyata sia-sia. Cuma tinggal waktu yang jadi penawarnya. Sekali lagi maaf . . .
Then, I beg to Allah. Semoga kejadian ini tak tagi terulang di masa depan. -amien-

Reset kehidupan :
Kembali ke kehidupan enam tahun yang lalu,
Di Jalan Empang No.3 – di Nedus – di kelas 1C
(tempat Lie sama [Mie] pertama kali ketemu dan kenal)
Tentunya, akan dimulai dari, "Hai, namaku..."

Case Closed.

SEDETIK LAGI AKU DEPRESI

I try to be an ordinary people with my simple life and simple think... tapi Nyi ‘Icih *sekali lagi namanya disamarkan biar gk jadi terkenal* bilang klo waktu itu Lie emang lagi dikuasain esmosi aza.
Icih : lu yg salah, makanya klo mau nyerita sesuatu itu boh ya difikirin dampak kedepannya toh ndok.... jadinya kaya gini kan?
Lia : iaaa.......... aqu salah aqu salah.... abis aqu kebawa perasaan bu...
Icih : uda ky gini baru nyesel....
Lia : truz Lia mesti gmn?
Icih : Hmmmm......
Lia : Iciiiiih!!!!
Icih : Apa?
Lia : Bantuin . . . . Lia mesti gmn?
Icih : disatu sisi lu yg dimanfaatin, disatu sisi lagi nyadar nggak sih lu itU . . . idup itu berat cing!
Lia : uda tau... idup itu berat... udah ah... Lia mesti gmn?
Icih : minta maaf
Lia : W H A T ?? siapa minta maaf siapa??
Icih : gk mau?? Klo gitu let’s life flow the air... anggap aza masalahnya gk pernah ada
Lia : Hah?
Icih : mulai idup baru
Lia : lari dari masalah gittuuuu??
Icih : bukan lari dari masalah tapi menghindari masalah, biasanya juga kaya gitu?!
Lia : ~ ~ ~
Biasanya klo dah melakukan perbincangan dengan si Icih, fikiran Lie jadi jernih . . . tapi kali ini tumben malah jadi tambah keruh . . .
Dan ujung-ujungnya saran Icih yag tadinya sarannya nggak begitu Lie suka dilakonin (juga!)
Yah, mau gmn lagi???
Sebenernya, icih pengen Lie ngehadepin masalah sendiri. Dan saran yang dia kasih diatas itu nyidir sikap Lie yang selama ini ngehindarin masalah. see, dia sebenernya perhatian khan sama Lie...???
Flash back kebelakang
Sebenernya dari dulu dia dah ngasih ALERT supaya Lie nggak eksis diantara mereka.
“Jangan terlalu deket sama co’na, profesional dunk Lie. Jgn sampai gk bs lagi ngebedain pertemanan sama urusan pribadi.” Atau “Lie ngebalesnya jangan pake hati” atau “Posisi Jeng!!” atau ......... Hua, si Icih ternyata bisa ngeramal kejadiannya berakhir spt ini, klo aja dulu Lie ngedengerin dia. Dan sebenernya masalah ini uda lama berlalu. Perlahan Lie mulai keluar dari lingkaran mereka. Uda mulai ngelupain perasaan Lie . . .

Tapi kenapa????

Akhirnya Lie semakin menarik jarak dengan mereka . . . iya, mereka . . . yang masuk seenaknya kedalam hidup Lie. Tiba-tiba ketika semua selesai. Aku yang ditinggal sendiri. Tak lagi memikirkan sebesar apa luka yang ditinggalkannya, terkunci rapatkah, atau siapa yang akan mengobati lukanya. Mereka yang NGGAK sekalipun mikir betapa sakitnya Lie!!

22.11.07

StiLL waiting

“Last but not least, kita nggak pernah salah karena mencintai seseorang... cinta seharusnya membawa kebahagiaan, bukan kesedihan. Don't you think that if someone really loves you, they want you to be happy? Makanya dari dulu Lie pengen bangedh lepasin kamu pergi… tapi selalu nggak bisa… udah 6 tahun lho Drie… tapi Lie masi nunggu kamu! Mungkin bbrp tahun ini terasa menjijikan buat Lie!!! Tapi, Lie masi ada disini sekarang, nunggu kamu... selalu nunggu kamu... here waiting for u... That's all...”

Lia...................masih stupid lu???

27.10.07

cinta.....

aku lelah.... apa kamu nggak lelah?

ma av

pertama posting dah disuguhi cerita yang berat ya pembaca??? -klo ada yang baca-



itu diatas tadi kisah cinta dirikuw sama cinta pertama kuw.....













iya lho! dia pernah mewarnai hidup saiia engan warna2 kehidupan yang luar biasa menakjubkan....
He....

Sebuah Catatan Kecil Tentangmu

Lima tahun lalu 14 januari 2002
:: SMPN 2 Sumedang
:: Jl Empang No.03

Angin menerbangkan beberapa lembar kertas putih, bekas foto copi catatan B.Indonesia.
Dengan cepat ku tahan sisanya, saat kau memungut yang lain.
Dibaliknya, ada sebuah tulisan.
Hitam pudar, hasil cetakan epson lx-300.
-Kita sepakat menyebutnya puisi-
”Ini…”
“Makasih.” Dari situ aku Lihat tanda pengenal diseragammu yang tertulis jelas sebuah nama M. ANDRIE BAGIA.
Dari sebuah kejadian tak terduga yang masih lekat diingatanku.

Empat tahun lalu 14 Januari 2003
:: Perpustakaan Sekolah
:: Jl Empang No.03
”Drie, Mau bantuin bikin mading bareng Vina ama yang laennya?? Ini Mading Kita yang pertama lho!”
“Insya Allah…”
“Ditunggu di Ruang kurikulum ya…”
“Ya…”

Tiga Tahun Lalu 10 Januari 2004
:: Kelas 3-D
:: Jl. Empang No.03
“E, Kate mau pulang nggak!?”
“Rabies emang mau pulang sekarang??”
“Iya… bareng yu.”
“Nggak ah, Lie mau bareng Vina sama Isni, Mau ke toko AA Tapi mau nelpon temen dulu diwartel sama Anita. Jadi pulang duluan aja gih…!!!”

Dua tahun yang lalu 14 Januari 2005
:: Kamar
:: Jl Prabu Geusan Ulun No.71

*bunyi sms*

Iya nih kangen, lg da probem… Skrg lg bersila di suatu tempat yg suci. Lie lg pa??

Nothing
+628xxx
18:56

Setahun yang Lalu 14 Januari 2006
:: Lapangan Upacara SMANSA
:: Jl. Prabu Geusan Ulun No. 39

Melihat kearah kelasmu dari dua balik pohon ini, serasa menyisakan sebuah pertanyaan besar untukku.
Kenapa kepergianmu terselimuti duka yang mendalam yang rasanya tak pernah habis terkikis waktu. Melangkahi pintu hati yang tidak sedang terkunci dan tinggalkan yag tersisa begitu saja. Ada kira waktu memberiku sebuah pertanda tentang kematianmu dihatiku... tapi tetap, lonceng kematian ini tak pernah sekalipun kudengar sayup-sayup berdentang.
Kenapa....??
Hari ini, hari ke dua belas dibulan ke delapan semenjak DIA pergi…

Saat ini 14 Januari 2007
:: Kamar
:: Jl. Prabu Geusan Ulun No. 71
Kumohon maafkan, karena cerita tentangmu terpaksa harus kututup. Akan kubiarkan debu mengikisnya sampai habis, sampai DIRIMU tak kutemukan (lagi) dipelosok tempat dihatiku.

hari ini, ternyata sudah berlalu lima tahun dari saat itu...

bagaimanacintaberhembus(LAGI!)

From: <085222xxxxx> 12/10/2007 21:32


in cm andai2 z y L. gmn kl misalny Mr.Kecebong km itu lewat ddepan km smbil gandeng ce’,gendong anak. hayo,, mau ngapain??




To: <085222xxxxx> 12/10/2007


L mauuuuu…… ih, ssh bgdh siy ptanyaany??? Kn skrg L lg dMesjid nih…ya L mw bdoa dunk!!




From: <085222xxxxx> 12/10/2007 21:44


:) bgs2..gt dong doain mrk spy langgeng+ikhlasin z… smg nant ad penggantinya yg lbh baik lagi.




To: <085222xxxxx> 12/10/2007


Siapa blg L mw doain mrk spy langgeng?? Org L doain mrk spy cpt cerai…! :)




From: <085222xxxxx> 12/10/2007 21:49


Inget non, mw nunggu ibong smp kpn? Msh mending dy respect sm km. in mah NGGK kn??




To: <085222xxxxx> 12/10/2007


Hhh… iy deh… kl saat it L ad dlm pss it L mw senyum z ah…! Lgan Allah gk ditakdirin L ktm dia qo… uda ah, knp qt jd ngomongin dy?




Posisi saat itu, Lie sama mama duduk di balkon mesjid menghadap panggung festival…


Gk lama kemudian… setelah mengakhiri percakapan bersama seorang teman. Ujug2 Lie ngeliat sosok yang jadi topik obrolan sms Lie tadi, Lie speechleesss gk bisa ngomong apa-apa…




Mimpi…




Halusinasi…




Atau dia memang benar-benar ADA??!!




Tapi, dia jalan sendiri… Beda bangdh sama khayalan temen Lie yang katanya Mr.Kecebong gandeng istri, gendong anak… SUMPAH,,,,,DIA JALAN SENDIRI!!! Pake kemeja biru muda, celana item, bawa bag pack, bawa kamera digital (eh, apa HP yah?)… L emang Cuma Liat sekilas…. Tapi Lie yakiiiiinnn bangedh klo dia itu keceBONG Lie….!!! Seandainya Lie punya sayap, Lie mau za terbang kearahnya. Ngasih sebuah pelukan sambil bilang,


“Last but not least, kita nggak pernah salah karena mencintai seseorang... cinta seharusnya membawa kebahagiaan, bukan kesedihan. Don't you think that if someone really loves you, they want you to be happy? Makanya dari dulu Lie pengen bangedh lepasin kamu pergi… tapi selalu nggak bisa… udah 6 tahun lho Drie… tapi Lie masi nunggu kamu! Mungkin bbrp tahun ini terasa menjijikan buat Lie!!! Tapi, Lie masi ada disini sekarang, nunggu kamu... selalu nunggu kamu... here waiting for u... That's all...”




Akhirnya, sebuah keberanian kecil muncul,




Lie: <+62852201xxxxx> 22:08


Hei…isk kyu…..? if I m not wrong I saw u stand up in the mosque a moment ago… isk kyu…?


R U Fine??




Monseur Kecebong: <+62813952xxxxx> 22:31


I think . . . of course. Minal ‘aidin walfaizin. Zero-zero, ok!




Lie: <+62852201xxxxx> 22:46


I hp Allah, gv all happiness of ur life… sesederhana it, spt hrpn fujitatsu utk tara and me too… once again thx n sorry for all also…




Monseur Kecebong: <+62813952xxxxx> 22:51


Amin, walak, Allah yubarik fik! N adl salah atu wakt yg dmana doa selalu dikabulkan adl skrng. Was




Seneng ih, bisa ktm (eh, liat lagi maksudnya) si kecebong… klo ditanya kado terindah apa di Ramadhan ini yang Tuhan kasi buat Lie ya itu……dipertemukan kembali sama si kecebong. Heu! Biarpun Cuma beberapa detik, Cuma sekilas, Cuma… Cuma…………… uda lama nggak ketemu sih! Tapi di fikir-fikir Lie kaya orang yang sakit jiwa aja… *klo kata neng Tata sy, Lie harus masuk ruang isolasi riau 11 lagi…* masi teteub mikirin orang yang BELUM TENTU dia orang juga mikirin Lie…! Kadang, Lie marah sama diri Lie sendiri. Sebenernya mau Lie itu apa??? Pengen liat dia orang idup bahagia dan ngelupain Lie selama-lamanya? NGGAK! Pengen supaya dia mulai ngeliat Lie, klo Lie satu-satunya orang yang selalu nunggu dia…?? Itu juga NGGAK! Well, what do I really want?




Kenapa semua yang Lie lakuin dan rasain selama enam tahun ini semuanya berhubungan sama dia!?




Kenapa…..??




Dan kalau suatu saat nanti dia masi melihat Lie menunggu dan kemudian bertanya ‘Apa kau tak merasa Letih…?’






Jujur,,aku selalu merasa letih. Tapi aku tahu karena butuh banyak waktu untuk melelehkan benteng egomu. Butuh kesabaran utk menunggu walalupun sampai matahari mendinginkan diri dan mentari tak lagi bertemu hari. Dan terkadang, manusia selalu ingin bersetia… Jadi, apa masi aku merasa letih? Dan jika nanti aku letih, setidaknya aku begitu ingin bersandar kepadamu…


Jadi, kumohon tetaplah menjadi mentari di ufuk timur yang kehadirannya selalu kunanti setiap pagi…